Belajar Aqidah yang Benar Untuk Pemula
Pemateri : Ustadzah Wila Hodijah حفظها الله
Hari/Tanggal : 'Ahad, 06 Shafar 1446/11 Agustus 2024
Waktu : 09:30 WIB- Selesai
Peresume : Aditya Putri
Ustadzah membuka Kajian ini dengan memotivasi kita yang telah berumur untuk belajar Ilmu Agama yang benar agar terus semangat. Meskipun belajar di waktu tua seperti mengukir di atas air artinya perlu kesabran, ketekunan, dan keuletan. Siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan mendapatkanya. Insyaallah. Kemudian ustadzah melanjutkan dengan meteri.
Secara Umum, Syariat Agama Islam itu terbagi menjadi tiga :
a. Aqidah
b. Ibadah
c. Muamalah/Akhlak
A. Aqidah
Secara bahasa ‘Aqidah (اَلْعَقِيْدَةُ) menurut bahasa Arab berasal dari kata al-‘aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti keyakinan yakni pembenaran di dalam hati terdahap sesuatu. Sering disebut juga I'tiqod (keyakinan yang kuat berada dalam hati)
Secara Istilah
Secara istrilah diambil dari penjelasan Syaikh Shalih Al Fauzan Al Fauzi حفظه الله dalam Kitab Syarah Aqidah, "Keyakinan, pembenaran di dalam hati terhadap rukun iman yang enam"
Apa hukum mempelajari Aqidah?
» Wajib
Berdasarkan kesepakatan para Ulama رحمهم الله, sebab :
- menjadi barometer amal ibadah kita diterima oleh Allah ﷻ
- menjadi tolak ukur benar atau tidaknya amal ibadah yang kita lakukan manusia
- karena kita ingin masuk surga-Nya Allah ﷻ
Aqidah tidak bisa dipisahkan dengan ibadah.
Artinya semakin bagus Aqidah seseorang maka ibadahnya semakin bagus.
Aqidah tidak bisa dipisahkan dengan akhlak.
Artinya semakin bagus Aqidah seseorang maka muamalah ya dengan seseorang semakin baik.
Apakah Ada Aqidah yang Tidak Benar?
Bagaimana kita tahu Aqidah itu benar dan tidak benar?
Kenapa dikatakan tidak benar?
» karena Aqidah yang benar memiliki sumber landasan yang benar
Lalu dari mana sumbernya?
1. Al-Qur'an
Diambil dari dalil-dalil Kalamullah Allah ﷻ
2. Sunnah
Daimbil dari perkataan, perbuatan, ataupun ketetapan Rasulullah ﷺ
3. Ijma' Para Sahabat رضي الله عنهم
Kenapa Ijma'Para Sahabat dijadikan sumber? Karena mereka mendapatkan stempel dijamin surga oleh Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ
Allah berfirman,
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepadaNya. Allah menyediakan bagi mereka jannah-jannah yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar“. (QS. At-Taubah : 100)
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sungguh, orang yang masih hidup di antara kalian setelahku akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ad-Darimi, Al-Hakim dan lainnya)
Lalu dari mana landasan Aqidah yang tidak benar?
- Dari Al-Qur'an dan Sunnah tetapi tidak berdasarkan pemahaman para Sahabat رضي الله عنهم
- Dari nenek moyangnya
Penting atau tidak belajar Aqidah yang benar?
» PENTING
Karena setiap ibadah harus ditujukan hanya untuk Allah ﷻ
Contoh Aqidah yang tidak benar seperti apa?
✨Berdoa di kuburan yang minta kepada penghuni kubur tersebut karena penghuni kubur tersebut adalah orang salih.
Berdoa di kuburan BOLEH jika mintanya HANYA KEPADA ALLAH ﷻ. Karena berdoa itu IBADAH harus ditujukan hanya untuk ALLAH ﷻ bukan selainnya.
Ziarah kubur boleh atau tidak?
Boleh dalam rangka mendoakan penghuni kubur tersebut dilapangkan di alam kuburnya. Menjadi pelajaran dan pengingat bahwa kelak kita akan menjadi penghuni kubur. Namun, kita wanita muslimah jangan sering-sering ziarah kubur dan jangan sampai sengaja safar untuk berziarah kubur.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞ ۖ فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا
"Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa." Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahf : 110).
Terkait Aqidah, Nabi Muhammad ﷺ memberikan gambaran kepada kaum yang beliau ﷺ diutus untuk mereka.
Nabi Muhammad ﷺ diutus pada kaum yang kondisinya sangat rusak yakni kaum Jahiliyyah.
Jahil artinya bodoh dan Jahiliyyah artinya bodoh yang paling bodoh, bodoh kuadrat.
Rusak apanya? Rusak aqidahnya, rusak muamalah ya, rusak budayanya, rusak kasih sayangnya.
Rusak Aqidahnya yakni di dalam Ka'bah terdapat ratusan berhala
Di kampung-kampung ada berhala, di dalam rumahnya masing-masing.
Mereka menyembah, beribadah berhala-berhala tersebut, padahal berhala tersebut tidak bisa melakukan apapun untuk menolong mereka, melindungi dirinya dari hujan dan panas saja tidak mampu.
Rusak Kebiasaannya yakni minum khamr (minuman keras) saking sudah biasanya seperti minum air putih. Apapun makannya minumnya khamr.
Khamr itu sifatnya suka merusak pikiran.
Rusak Kasih Sayangnya yakni jika istrinya melahirkan bayi perempuan maka langsung dikubur hidup-hidup.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَإِذَا ٱلۡمَوۡءُۥدَةُ سُئِلَتۡ
بِأَيِّ ذَنۢبٍ قُتِلَتۡ
"dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, "karena dosa apa dia dibunuh?"
(QS. At-Takwir : 8-9)
Perempuan hanya dijadikan hiasan, peperangan antara suku.
Pada tahun ke-3 hijriah, diturunkan Wahyu tentang pengharaman Khamr.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah: 90).
Saat ayat ini turun, Nabi ﷺ mengirim para sahabat ke kampung-kampung untuk mengumumkan pengharaman ini.
"Ketahuilah bahwa sejak saat ini khamr itu diharamkan!"
Pada saat datang pengumuman ini, banyak para Sahabat sedang duduk minum khmar, bahkan ada yang khamr sampai di tenggorokan. Namun mereka langsung memuntahkan apa yang diminum, penyimpanan khamr mereka dibuang sehingga digambarkan kota Madinah saat itu seperti terjadi hujan besar dengan genangan khamr.
Para sahabat langsung mengikuti perintah tersebut, bagaimana bisa? Karena Aqidah mereka sudah benar, apapun perintahnya mereka dengar dan taat. Mereka telah digembleng 13 Tahun dakwah Aqidah di Makkah.
Urgensi Belajar Aqidah yang Benar
- menjadi barometer amal ibadah kita diterima oleh Allah ﷻ
- menjadi tolak ukur benar atau tidaknya amal ibadah yang kita lakukan manusia
- karena kita ingin masuk surga-Nya Allah ﷻ
- dakwahnya para Nabi dan Rasul
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُ ۚ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ
"Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah Tagut", kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di Bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (QS. An-Nahl : 36).
Jika kita ingin belajar dan memiliki Aqidah yang benar maka kita harus mengikuti para salafush shalih (orang salih terdahulu).
Kita kenal dengan sebutan Manhaj Salaf, yakni cara, metode beragama yang benar, yang diambil dari para pendahulu kita dari kalangan Nabi dan Rasul, para sahabat, dan yang mengikuti mereka dengan benar hingga hari akhir.
Diriwayatkan dari sahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
أَلَا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِينَا فَقَالَ: أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
“Ketahuilah, ketika sedang bersama kami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahlu kitab berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua golongan masuk neraka dan satu golongan masuk surga, yaitu al-jama’ah.” (HR. Abu Dawud no. 4597, dinilai hasan oleh Al-Albani)
Dalam riwayat At-Tirmidzi, dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بني إسرائيل حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ، حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ، وَإِنَّ بني إسرائيل تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً ، قَالُوا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
“Pasti akan datang kepada umatku, sesuatu yang telah datang pada bani Israil seperti sejajarnya sandal dengan sandal. Sehingga apabila di antara mereka (bani Israil) ada orang yang menggauli ibu kandungnya sendiri secara terang-terangan, maka pasti di antara umatku ada yang melakukan demikian. Sesungguhnya bani Israil terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk ke dalam neraka. kecuali satu golongan.”
Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Mereka adalah golongan yang berjalan di atas jalan ditempuh oleh aku dan para sahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641, dinilai hasan oleh Al-Albani)
Nama lain Manhaj Salaf
a. Al-Firqotun Naajiyah = Golongan yang diberikan keselamatan oleh Allah ﷻ
b. Ahlussunah wal Jama'ah
Ahli = orang yang dekat dengan Nabi ﷺ, yakni para sahabat
c. Al-Ghuroba
Orang yang asing, karena orang baik di antara keburukan sudah biasa. Di tengah kondisi rusak, orang yang berpegang teguh kepada kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ pun dicekal, diboikot, dihujat, dan menjadi asing.
Dalilnya
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).
Islam datang dalam keadaan aneh, orang Quraisy dalam keadaan Jahiliyyah. Orang Jahiliyyah menyembah pohon, patung, dan berhala lainnya. Sehingga aneh ketika Rasulullah ﷺ menyeru untuk menyembah Allah ﷻ saja.
_Jika menginginkan Aqidah yang benar, maka ambillah dari mereka bukan selain mereka._
Penting mengetahui bentuk-bentuk penyimpangan masalah Aqidah agar kita tahu cara menanggulanginya. Di antara bentuknya :
1. Penyimpangan dalam Tauhid Uluhiyyah
2. Penyimpangan dalam Tauhid Asma' wa Sifat
3. Menyelewengkan makna Tauhid Rububiyyah
Sebab-sebab Terjadinya Bentuk Penyimpangan Aqidah
Penyimpangan Aqidah ini terjadi karena beberapa sebab:
• Kebodohan
Ketidaktahuan manusia terhadap Aqidah yang benar. Manusia tidak mau mempelajari dan mengajarkannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Katakanlah, ‘tidak mungkin disamakan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu.” (QS. Az-Zumar: 9).
• Ghuluw (berlebih-lebihan dalam mencintai orang-orang salih)
Sebagaimana terjadi pada Kaum Nabi Nuh 'alihissalam, sebelumnya mereka adalah umat yang Aqidahnya lurus. Namun, karena ghuluw maka terjadilah penyimpangan terhadap Aqidah. Kaum Nabi Nuh 'alihissalam memiliki pemimpin yang salih yakni Wads, Suwa', Yaguts, Ya'uq, dan Nasr, tetapi selepas mereka terjadilah fitnah (ujian) yang menimpa Aqidah kaum Nabi Nuh 'alihissalam, Allah Azza wa Jalla berfirman :
قَالَ نُوحٌ رَبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي وَاتَّبَعُوا مَنْ لَمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا ﴿٢١﴾ وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا ﴿٢٢﴾ وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا ﴿٢٣﴾ وَقَدْ أَضَلُّوا كَثِيرًا ۖ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا ضَلَالًا
“Nuh berkata, ‘Ya Rabbku, sesungguhnya mereka durhaka kepadaku, dan mereka mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya hanya menambah kerugian baginya, dan mereka melakukan tipu daya yang sangat besar.” Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaguts, Ya‘uq dan Nasr. Dan sungguh, mereka telah menyesatkan orang banyak; dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan.” (QS. Nuh : 21-24)
Allahu'alam
Kodi, 06 Shafar 1446H
Noonaine

0 Comments