YMA4-14 #2


Waktu 21.06.2024
YMA4-14  pertemuan 2

📝Penamaan yassarna diambil dari kata di dalam al-qur'an  yang berulang sebanyak 6 kali salah satunya adalah pada Surah QS Al-Qamar : 32

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍۢ

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

Ayat ini sampai diulang beberapa kali oleh Allah.
 
Yang dimaksud yang dijadikan pelajaran di sini adalah al-Qur’an Apakah kita itu termasuk orang yang mengambil pelajaran?

 Kemudian di sini ada penjelasan dan hikmah dari ayat ini sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Fakhruzzi Rahimahullahu beberapa makna ayat tersebut adalah:

1)  Allah telah memudahkan Alquran untuk dihafal di mana tidak ada kitab-kitab agama lain yang mampu dihafal dengan sempurna kecuali Alquran.

2) Allah memudahkan manusia untuk mengambil pelajaran darinya di mana kita akan menemukan mutiara hikmah yang begitu banyak dari kedekatan kita saat berinteraksi dengan al-qur'an. 

Misalnya, ketika kita membaca al-qur'an dengan terjemahannya lalu kemudian membaca seperti para sahabat dimasa dahulu tidak mungkin kita itu membaca tanpa mendapatkan faedah. itu sesuatu yang tidak mungkin pasti akan ada yang kita dapatkan entah itu rasa takut kita kepada Allah bertambah entah itu penyerahan diri kepada kepada Allah kita bertambah ataukah kesabaran kita yang menjadi bertambah ataukah kita menemukan ketenangan itu pasti ataukah kita menemukan pelajaran dari kisah-kisah orang terdahulu yang diceritakan Allah di dalam al-qur'an di antara mutiara-mutiara hikmahnya.

3) Allah itu memudahkan al-quran menjadi tautan hati seingga sehingga kita bisa merasakan kelezatan ketika kita mendengarkan al-qur'an Insyaallah dirasakan oleh setiap mukmin yang dia memiliki walaupun sedikit Iman di dalam hatinya ketika markan muratal ya ketika mendengarkan ayat-ayat al-qur'an dibacakan itu Insyaallah hatinya akan menjadi tenang beda dengan kalau misalnya kita mendengarkan seseorang berbicara apalagi mendengarkan musik misalnya ketenangan itu adalah ketenangan yang tidak bisa disamakan dengan ketika kita mendengarkan bacaan al-qur'an ditambah lagi kalau misalnya nya kita sudah bisa memahami artinya
Walaupun mungkin belum terlalu menguasai bahasa Arab tapi satu persatu mungkin satu dua kata dari ayat tersebut
itu kita tahu artinya kemudian kita bisa menyimpulkan apa yang sedang dibaca oleh qari di situlah kita akan terasa tautan hati kepada al-qur'an.

Berbicara perihal hati, pembahasan akan sedikit melebar ke pembahasan jenis-jenis hati manusia. 

Ada 20 jenis hati di dalam al-qur'an ya hati itu disebut dengan qolbun yang
disebutkan oleh Allah di dalam al-qur'an dan dari 20 jenis hati tersebut delapan
di antaranya merupakan jenis hati yang baik atau yang saleh dan 12 di antaranya
merupakan hati yang rusak atau fasik ke-20 jenis hati tersebut itu

1. Qalbun salim, yaitu hati yang sehat, bersih (selamat). Artinya hati yang sehat, bersih dan selamat dari kekufuran dan kemunafikan. Hati yang ikhlas lillahi ta’ala. Jenis hati yang pertama ini termaktub dalam Q.S. Asy-Syu’ara: 89.
 إلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“…kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

2. Qalbun munib, yaitu hati yang selalu kembali dan bertaubat kepada Allah. Termaktub di dalam Q.S. Qaf: 33.
 مَّنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَآءَ بِقَلْبٍ مُّنِيبٍ
“…(yaitu) orang yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah sedang dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat.”

3. Qalbun mukhbit, yaitu hati yang tunduk dan tenang. Termaktub di dalam Q.S. Al-Haj: 54.
وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ
“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Qur’an itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya.”

4. Qalbun wajil, yaitu hati yang takut kepada Allah serta khawatir kalau amalnya tidak diterima Allah, serta tidak selamat dari siksa (api) neraka. Termaktub dalam Q.S. Al-Mukminun: 60.
والَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآءَاتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.”

5. Qalbun taqiy, yaitu hati yang selalu mengagungkan syiar-syiar Allah Swt. Termaktub di dalam Q.S. Al-Hajj: 32.
 ذلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّـهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.”

6. Qalbun mahdiy, yaitu hati yang ridla dengan ketetapan (qadla) dan takdir (qadar) Allah, serta berserah diri kepada Allah atas segala urusan yang menimpanya. Termaktub dalam Q.S. At-Taghabun: 11.
مَآأَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

7. Qalbun muthmainun, yaitu hati yang tenang karena mengesakan Allah dan mengingat-Nya. Termaktub dalam Q.S. Ar-Ra’du: 28.
الَّذِينَ امَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ,
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

8. Qalbun hayy, yaitu hati yang memahami ‘ibrah dari kisah-kisah umat terdahulu yang Allah ceritakan dalam al-Qur’an. Seperti disebutkan dalam Q.S. Qaf: 37.
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.”

9. Qalbun maridl, yaitu hati yang mengandung penyakit, seperti kemunafikan serta keraguan akan kebenaran. Hati yang di dalamnya terdapat kejahatan serta syahwat kepada yang haram. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Baqarah: 10
 فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu…”

10. Qalbun a’ma, yaitu hati yang tidak bisa melihat dan memahami kebenaran serta pelajaran yang telah Allah berikan melalui ayat-ayat-Nya. Seperti disebutkan dalam Q.S. Al-Hajj: 46
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
11. Qalbun laahiy, yaitu jenis hati yang lalai terhadap al-Qur’an, karena disibukkan oleh syahwat kepada dunia. Sebagaimana diungkapkan dalam Q.S. Al-Anbiya’: 3.
 لاَهِيَةً قُلُوبُهُمْ
“Hati mereka dalam keadaan lalai.”

12. Qalbun aatsim, yaitu hati yang berdosa, karena menyembunyikan persaksian yang benar. Seperti dijelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah: 283.
وَلاَ تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَن يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ ءَاثِمٌ قَلْبُهُ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
“…Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

13. Qalbun mutakabbir, yaitu hati yang sombong dan enggan mengakui keesaan Allah, tidak taat kepada-Nya, serta banyak berbuat zalim. Seperti ditegaskan dalam Q.S. Ghafir ayat 35.
الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي ءَايَاتِ اللهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللهِ وَعِندَ الَّذِينَ ءَامَنُوا كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ
“(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.”

14. Qalbun ghalizh, yaitu hati yang keras dan kasar, yang hilang darinya kelembutan dan kasih sayang. Sebagaimana termaktub dalam Q.S. Ali Imran: 159.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.”

15. Qalbun makhtum, yaitu hati yang tidak bisa mendengar petunjuk dan tidak dapat memahaminya. Seperti ditegaskan dalam Q.S. Al-Jatsiyah: 23.,
أَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللهِ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”

16. Qalbun qasiy, yaitu hati yang keras membatu, tidak mau beriman. Sebagaimana ditegaskan dalam Q.S. Al-Maidah: 13.
فَبِمَا نَقْضِهِم مِّيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً
 “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu…”

17. Qalbun ghafil, yaitu hati yang lalai dari mengingat Allah, serta mengikuti hawa nafsunya semata. Seperti ditegaskan dalam Q.S. al-Kahf: 28.
وَلاَتُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“…Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.

18. Qalbun aghlaf, yaitu hati yang tertutup, tidak bisa ditembus oleh nasihat serta ajaran Rasulullah Saw. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-Baqarah: 88.
وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَل لَّعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلاً مَّايُؤْمِنُونَ
“Dan mereka berkata: “Hati kami tertutup”. Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.”

19. Qalbun zaigh, yaitu jenis hati yang menyimpang dari kebenaran dan cenderung pada kesesatan. Hal ini termaktub dalam Q.S. Ali ‘Imran: 7.
فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَاتَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَآءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَآءَ تَأْوِيلِهِ ,
“Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya.”

20. Qalbun murib, yaitu jenis hati yang selalu ragu-ragu. Sebagaimana ditegaskan dalam Q.S. At-Taubah: 45.
إِنَّماَ يَسْتَئْذِنُكَ الَّذِينَ لاَيُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ ,
“Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”
(Link sumber 20 jenis hati)
 
review ke pertemuan (#1)

yaitu di antara sebab penulisan Yassarna itu seperti yang tertulis di buku yang ditulis oleh Ustaz Rendra Abu Sofiah Hafizahullah 

#1 belum bisa menunjukkan makhraj seluruh huruf hijaiah kurang dari 1 menit dengan lancar.

#2 belum bisa menunjukkan perbedaan sifatul huruf bukan hanya menyebutkan definisinya atau menyebutkan hurufnya saja.

 #3 belum kenal tentang perbedaan pendapat di antara kalangan ulama tentang makhraj dan sifat.

 #4 belum tahu sebab perbedaan pendapat di anara ulama tentang makhraj dan sifat 

#5  belum tahu bagaimana cara mengajarkan makhrj dan sifat kepada pemula yang awam terhadap ilmu tajwid padahal pengetahuan tentang makharijul huruf dan sifatul huruf adalah pondasi dasar

Memasuki buku Yassarna halaman 10

Berkata Imam Ibnul Qayim didalam Nuniyah Ibnul Qayim:

الْعِلْمُ قَالَ اللهُ قَالَ رَسُولِهِ قَالَ الصَّحَابَةُ هُمْ أُولُو الْعَرْفَانِ مَا الْعِلْمُ نَصْبُكَ لِلْخَلَافِ سَفَاهَةٌ بَيْنَ الرَّسُولِ وَبَيْنَ رَأَى فُلَانٌ

Ilmu adalah Ucapan Allah, Ucapan Rasulullah dan Ucapan Para Shahabat karena merekalah yang paling utama dan berilmu, Bukan dikatakan Ilmu jika ucapan Rasulullah dibenturkan dengan ucapan atau pendapat seseorang.

➡️ dibenturkan itu maksudnya antara ucapannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan pemikiran atau akal atau pendapatnya. dan yang diamalkan oleh para sahabat. 

Jadi Manhaj atau metodologi pengambilan ilmu itu mengedepankan dalil dari yang diucapkan Allah kemudian Rasul dan para sahabat bukan dari Ra'yu alias perasaan atau hawa nafsu yang mana Ini menunjuk keutamaan dari ilmu.

➡️Apa sih yang akan kita pelajari?
Kita akan mempelajari ilmu tajwid

➡️Dari mana kita tahu kalau ilmu tajwid ini adalah ilmu yang utama? 
Kita akan mengetahui ini dari perkataan para ulama setiap cabang ilmu itu ada pondasinya yang harus kita pelajari harus kita ketahui sebagai penuntut ilmu supaya bisa mengetahui dengan benar pada ilmu yang akan dipelajari.

➡️ Pengaruhnya pada agama kita itu apa kalau kita mempelajari ilmu tajwid?  pembahasannya apa saja? sehingga kalau misalnya kita sudah memahami hal ini kita akan bisa menentukan apakah kita itu akan segera mempelajarinya dengan saksama atau ada ilmu lain yang harus kita kuasai sebelum menguasai ilmu tajwid. Nah inilah pentingnya mengetahui 10 dasar disiplin ilmu.

Jadi setiap ilmu itu ada pondasinya nanti kalau misalnya kita belajar fikihpun akan dikaitkan dengan 10 mabadi ilmu fikih misalnya.


➡️ Kita masuk ke 10 mabadi ilmu tajwid yang dikatakan oleh Ibnu Shabbaan beliau Nama lengkapnya adalah Abul "Urfaan Muhammad ibn 'Alt ash Shobhan yang wafat tahun 1206 hijriyah jadi sekitar 250 tahun yang lalu ini ada di dalam Kitab beliau yang berjudul Taysirurrahmaan fii tajwiidil Qur'an.

10 MABADI ILMU TAJWID

(المَبَادِئُ العشرة لعلم التجويد)

Berkata Ibnush Shabbaan':

إِنَّ مَبَادِئَ كُلِّ فَي عَشْرَةِ الْحَدُّ وَالْمَوضُوعُ ثُمَّ الثَّمَرَة

وَفَضْلُهُ وَنِسْبَةُ وَالْوَاضِعُ الْاسْمُ الاسْتِمْدَادُ حُكْمُ الشَّارِعُ

مَسَائِلُ وَالْبَعْضُ بِالْبَعْضِ اكْتَفَى وَمَن دَرَى الْجَمِيعَ نَالَ الشَّرَفًا

Sesungguhnya mabadi setiap ilmu ada sepuluh batasan (definisi), pokok bahasan, dan buahnya keutamaan, nisbah, dan penemunya, nama, sandaran, dan hukum syar'inya serta permasalahannya, siapa yang memahami sebagiannya cukup baginya. Dan siapa yang memahami seluruhnya, maka ia akan meraih kemuliaan.


01). Batasan atau definisi 
02). Pokok bahasan ilmu tajwid
03). Buahnya keutamaan
04). Keutamaan 
05). Kelima nisbah 
06). Penemu dasar ilmu tajwid 
07). Namanya ilmu tajwid dan sandarannya
08). Peletakkan dasar ilmu tajwid 
09). Hukum syar'i 
10). permasalahannya

💎 Maksud mulia di sini itu jika seseorang menguasai 10 mabadi ini dia akan bisa merasakan kelezatan ilmu tersebut.

 Contoh: kalau ada seseorang 👤menikmati makanan 🍱 di sebuah rumah makan 🏡  jika Dia 👤 memiliki kemampuan untuk memasak makanan🍳 tersebut tentu dia bisa menikmati tanpa harus ke rumah makan🏡❌️ tapi bila Dia tidak memiliki kemampuan dalam hal tersebut 🍳❌️ mencoba pun barangkali dia tidak akan bisa membuat Masakan yang serupa dengan yang dia beli di rumah makan.

👤💰🍱🏡❌️🟰👤🍳🍱

 ibaratnya kalau misalnya ada orang yang memahami sebagian itu ya seperti kita menikmati makanan yang kita enggak bisa masaknya gitu Kalau misalnya akan beda rasanya beda di hati Istilahnya ya kepuasannya itu akan berbeda kalau misalnya kita itu suka dengan suatu
masakan kita belajar kemudian kita menguasai kemudian ternyata dia seenak
yang kita harapkan nah seperti itu tentu saja ini adalah perbandingan yang sangat lemah dibandingkan dengan ilmu yang akan kita pelajari ini ya itu hanya sebagai ibarat saja.

Memasuki pembahasan 

1. Batasan (Definisi) secara bahasa kata tajwid ini merupakan bentuk masdar dari kata 

جَوَّدَ - يُجَودُ - تَجْوِيدًا

artinya: "membaguskan"

Kata "tajwid" memiliki makna yang sama dengan istilah yang sudah populer, yaitu "tahsin" yang berasal dari kata:

حَسَّنَ - يُحَيِّنُ - تَحْسِينًا

Sedangkan secara istilah, tajwid bermakna:

إخْرَاجُ كُلِّ حَرْفٍ مِنْ مَخْرَاجِهِ مَعَ إِعْطَابِهِ حَقَّهُ وَ مُسْتَحَقَّهُ

"Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya beserta memberikan sifat hak dan mustahaknya."

(sifat hak dan mustahak ini tidak dibahas dulu karena dia masuk ke dalam pembahasan selanjutnya)
 sifat hak ini adalah sifat lazimah yang selalu menyertai ketika kita mengucapkan sebuah huruf baik dalam keadaan berharakat ataupun Sukun dan dalam keadaan Waqaf ataupun washal.

Maka kita bisa menarik kesimpulan bila disebutkan salah satu dari istilah tajwid atau Tahsin maka ini artinya praktik dan teori. Kalau ini disebutkan salah satunya saja,  tajwid sama dengan tahsin. Nah dikatakan sama karena kita menarik kesimpulan dari definisi secara istilah mengeluarkan huruf dari tempat keluarnya ini tidak akan bisa dilakukan tanpa praktik (menit 25)

Memberikan sifat-sifat huruf ini namanya adalah teori. Jadi asalnya tidak mungkin kita bisa memberikan sifat tanpa tahu teorinya. Kalaupun misalnya kita itu bisa ada kemungkinan kekeliruan itu terjadi di mana ketika kita keliru kita tidak tahu. 

➡️   jika Tahsin dan tajwid ini diucapkan secara bersamaan maka ini akan berbeda arti.

📝istilah Tahsin itu biasanya disebutkan untuk bacaan secara praktik

📝 istilah tajwid itu digunakan untuk pemahaman secara teoritis dalam pemahaman atau pembelajaran Ahkam alias hukum-hukum.

Menurut Dr. Aiman Suwaid ilmu tajwid ini adalah ilmu yang darinya itu bisa ahui cara yang benar dalam Pengucapan huruf-huruf hijaiyah.

 Jika kita katakan salah satu saja, tajwid kah atau tahsinkah ini berarti keduanya praktik dan teori. Tetapi
misalnya kedua kata ini disebutkan bersama-sama, belajar tajwid dan Tahsin berarti belajar:

📝 tajwid itu belajar teori belajar hukumnya  misalnya nun sukun bertemu ghain hukumnya apa kemudian ada Alif sebelumnya fathah hukumnya apa dan seterusnya,  tetapi kalau 

📝Tahsin itu berarti praktiknya bagaimana kita memperbaiki bacaan dengan cara talaqi.

Tidaklah seseorang meraih kesempurnaan untuk hal ini yaitu tajwid dan Tahsin kecuali dengan talaqi dengan memenuhi keenam rukunnya sebetulnya itu ada lima rukun cuma yang keenam ini ditambahkan oleh Ustadz Rendra.

Rukun tahsin ada 5+1

1) mempelajari makhraj 
 2) mempelajari sifat maksudnya sifatul huruf 
3) mempelajari Ahkam tajwid 
4) riadatul lisan banyak mengulang dan melatih tidak hanya lidah tapi seluruh organ yang berkaitan dengan mengeluarkan suaral 
5) talaqi kepada guru yang mutkin
6)  +1 doa 

ini adalah enam perkara yang harus dimantapkan lima itu sebagai pemantapan. Sebagai tambahan dari guru kita untuk kita agar selalu berdoa.

 Barangkali ketika kita Tahsin sedang belajar membaca Al-Qur-an ketika tadrib, kita memiliki kesalahan pada huruf-huruf tertentu kemudian kesalahan itu sulit sekali diperbaiki terulang lagi terulang lagi talaqi hari ini huruf lam masih salah lagi pekan depan, masih salah lagi. Kemudian, dua pekan berikutnya, masih juga salah di situ banyak berdoa kepada Allah supaya dimudahkan dan minta diberi keistiqamahan supaya kita itu tidak putus asa. Karena kadang-kadang, ketika kita merasa ini kok salah terus salah terus salah terus Akhirnya futur akhirnya putus di tengah jalan. Nah semoga Kita adalah orang-orang yang diberikan satu kemudahan dan yang kedua adalah keistiqamahan.

📝 Talaqi secara umum adalah membaca al-qur'an di hadapan guru. 

➡️hakikat talaqi itu adalah murid bertemu langsung dengan guru. 

➡️Bermulazamah tidak harus mukim. Mukim itu maksudnya tinggal. Bermulazamah, bisa juga secara online seperti yang kita sedang lalukan saat ini. 
Bermulazamah hakikatnya adalah mengikuti jejak guru kita. 

➡️Hakikatnya telaki itu adalah mengikuti jejak guru mengikuti itu tidak hanya. Bagaimana cara seorang guru itu membaca tapi juga mengikuti adabnya kemudian mengikuti akhlaknya ketika bermuamalah baik di dalam maupun di luar majelis atau mungkin ketika beliau membacakan kitab-kitab hadis ataupun kitab-kitab fikih. 

➡️ tujuann talaqi untuk dikoreks oleh guru termasuk di dalam micro teaching. 
microaching itu juga disebut dengan Talaqi. Di mana Kita  menyetorkan pemahaman kita kepada guru untuk dikoreksi. Apakah benar pemahaman yang kita miliki. nah micro teaching adalah tahapan yang penting di MOISA supaya seorang guru itu benar-benar mengetahui bahwa apa yang dipahami oleh thalibat itu tidak berbeda dengan yang diberikan oleh guru kemudian ada kata talaaqii wal musyafahah.

➡️ Apa itu musyafahah?
itu artinya melatih lisan ke lisan antara guru dengan murid tanpa perantara
kalau Zoom itu kan langsung. Nah ini bisa disebut dengan musyafahah tapi yang paling Afdal memang dengan tatap muka. Kalau kita itu bertalaaki secara online itu masih bisa ada yang hilang misalnya kita mengucapkan huruf-huruf Rakhawah atau huruf-huruf hams  yang seharusnya kalau misalnya didengarkan secara langsung itu terdengar Bagaimana alirannya keluar dengan sempurna tapi ketika kita melalui online bisa jadi karena mungkin gadgetnya atau mungkin mikrofonnya atau speaker penerima yang bermasalah atau mungkin juga sinyal nah ini adalah kendala-kendala yang dialami oleh pembelajar online.

📝 berkaitan dengan batasan (definisi) tajwid karena kita tadi membahas definisi ya Al Imam Ibnu Jazari di dalam kitabnya annasr jilid
yang pertama menyebutkan tentang 9 poin definisi tajwid Beliau berkata
bahwa tajwid itu adalah mahkotanya tilawah perhiasan bagi bacaan bacaan
Quran 

apa saja sembilan poin definisi tajwid 

1️⃣memberikan hak dan mustahak pada huruf maksudnya memberikan kepada setiap huruf haknya dan mustahaknya dengan penuh kelembutan supaya menambah keindahan pada bacaan qari yang dengannya seorang qari itu tidak membiasakan melakukan lahn yaitu kesalahan dalam membaca al-qur'an itu yang pertama memberikan Hak dan mustahak pada huruf.

2️⃣ membaca dengan tingkatan tartil sesuai dengan martabatnya
 tartil ini berasal dari kata atilan artinya terstruktur rapi jelas dalam konteks membaca Alqur'an tartil maknanya adalah mengeluarkan setiap kata dari mulut dengan ringan dan tepat menurut Imam ibn jazari Jelannya sesuai sahabat Ali Bin Abi Thalib yaitu makna tartil dalam surat almuzamil tartil adalah mentajwidkan huruf dan mengetahui hukum waqaf dan ibtida. Berkaitan dengan tartil ulama membahas terkait cara baca Alquran maka ulama membahas cara baca alquran atau ushul al qiraah atau maratibut tilawah yang Isinya adalah cara baca Alquran 

 tilawah berasal dari kata tilwatan maknanya membaca atau mengikuti secara istilah menurut Imam ruswaid secara istilah rutin dan terus-menerus membaca atau mengikuti.

Jika ada istilah tilawah kemudian kita juga perlu mengenal yang namanya
al-ada adaa itu artinya adalah menyetorkan bacaan kepada guru di hadapan guru yang bacaannya seperti seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam kepada Malaikat Jibril. 


Cara baca al-qur'an atau uslub alqiraah ada dua pembahasan 
a. berhubungan dengan cepat atau lambatnya bacaan 
b. berkaitan dengan suara yang meninggi atau rendah Sir atau jahr, berhubungan
dengan cepat lambat bacaan.
Dari perspektif ini ulama ada yang membagi tiga sebagaimana 
➡️Imam Ibnu Jazari mengatakan al-qur'an itu bisa dibaca dengan tempo 
1. tahkik 
2. hadr 
3. tadwir 
namun dengan tempo manapun itu tetap dengan yang dianjurkan yaitu dengan suara yang indah sesuai dengan lahjah Arabi dan dengan Tajwid dengan
menerapkan hukum-hukum tajwid.

➡️Demikian juga yang dikatakan oleh Syekh Sulaiman Murad beliau menuliskan
tajwidkanlah Alquran dalam tingkatan tartil wahai Al....
tiga tingkatan ini yang 
1.  Atahqikahkik yaitu membaca Alquran
dengan tenang ciri khasnya adalah menunaikan setiap huruf dengan haknya
menguraikan bacannya. Ini adalah bacaan yang paling dianjurkan untuk orang yang baru belajar orang membaca al-qur'an atau baru Tahsin ini sangat-sangat dianjurkan untuk membaca al-qur'an dengan tahkik supaya dia itu terbiasa menunaikan setiap hak dan mustahaknya 
 penyakitnya adalah tamtit atau Isba ini masuk ke pembahasan lahn. Nantinya lahn yang sering terjadi itu tamtit. 

📝 Tamtitd itu memanjangkan vokal harakat atau memanjangkan Mad thi'i lebih dari dua harakat.

📝 Sedangkan isyba ini artinya memanjangkan harakat sehingga melahirkan Mad. Jadi sebetulnya
bukan mad tapi dia memanjangkan sedikit sehingga dia terdengarnya itu ada
Mad.

2. at-tadwir tadwir ini adalah pertengahan antara tahkik dan hader dengan tetap menjaga kaidah tajwid 
3.  Hadat nah sering muncul penyakit pada tempo ini yaitu 
a. al-idghal memasukkan huruf ke huruf yang lain jadi misalnya.
b. memotong huruf mad. memotong huruf mad harusnya empat harakat dijadikan dua atau bahkan yang
harusnya dua dijadikan pendek seperti tanpa ada Mad. Contoh lain adalah menghilangkan suara ghunah gunahnya itu harusnya kadarnya dua harakat dia enggak ada gunahnya. Terus saja membaca.
c. Kemudian mengurangi penyebutan harakat. belum sempurna penyebutan A atau I atau u-nya dia sudah berpindah ke huruf berikutnya 
d. mentashil huruf hamzah harusnya dibaca Yaa kemudian dia tashil. Tashil itu
diringankan 

➡️ Dari tingkatan di atas Sebagian ulama menambahkan bahwa tartil adalah tingkatan tersendiri sehingga ada empat tingkatan. 

🌸 kita tidak mungkin bisa  bisa meraih kesempurnaan dalam belajar ilmu tajwid
dan Tahsin kecuali dengan talaqi artinya harus di hadapan guru.
Bicara mengenai talaqqi.  Apa itu talaqi? talaqi adalah membaca Alquran di hadapan guru kalau hakikatnya talqi itu mengikuti jejaknya guru. Setelah bertalaqi, beralih ke musyafahah.
Apa naksud dari musyafahah? Musyafahah itu artinya melatih lisan ke lisan antara guru dengan murid tanpa perantara. Dengan kata lain musyafahah adalah dengan kita menyetorkan bacaan secara berhadapan kepada guru untuk dikoreksi.

Cara membaca Alquran atau baca
al-qur'an disebut juga dengan tilawah disebut juga dengan qiraah. tilawah itu berasal dari kata Tala- yatlu- tilawatan maknanya membaca atau mengikuti.  bedanya antara tilawah dengan qiraah kalau tilawah adalah tilawah itu membaca atau mengikuti dengan rutin Dan terus-menerus sedangkan qiraah itu bacaan yang umum.  
 
Tilawah artinya membaca al-qur'an dengan tartil Dan tadabur kalau qiraah itu artinya membaca secara umum maksudnya itu pengertiannya itu umum ya kita baca kitab pun itu namanya
 adalah qiraah nah sedangkan al-ada al-ada artinya membaca dengan talaqi
 membaca dengan mengambil dari sisi guru jadi al-ada itu mengikuti persis seperti yang diajarkan guru.


📝 rangkuman dengan menggunakan teknologi sscp

0 Comments